SELAMA ini Meksiko dianggap sebagai episentrum wabah flu babi yang sudah menyebar hampir ke lima benua. Namun, kemarin dengan berani Menteri Kesehatan Meksiko Jose Angel Cordova mengatakan bahwa sebenarnya kandang virus H1N1 yang merupakan kombinasi virus flu babi, burung, dan manusia itu Amerika Serikat (AS).
''Saya rasa amat berisiko untuk mengatakan atau ingin mengatakan asal penyebaran virus ini. Yang jelas, sebelum kasus pertama flu babi muncul di Meksiko, ada kasus serupa yang dilaporkan terjadi di California bagian selatan dan Texas,'' kata Cordova dalam sebuah konferensi pers di Mexico City kemarin, seperti dikutip Associated Press.
Pernyataan Cordova itu diperkuat oleh penegasan Dr Nancy Cox dari Badan Pencegahan dan Kontrol Penyakit AS yang berbasis di Atlanta. Cox yakin bahwa kasus flu babi paling awal terjadi di AS, tepatnya pada 28 Maret. Sedangkan kasus pertama di Meksiko baru terjadi awal April ketika seorang bocah berusia 4 tahun di Negara Bagian Veracruz dinyatakan positif tertulari flu babi. Tapi, belum diketahui kapan persisnya bocah itu mulai tertular.
Fakta lain yang mendukung tudingan Meksiko itu adalah sejarah wabah flu di AS. Kematian yang diakibatkan flu bukanlah hal baru di Negeri Paman Sam itu. Selama 1990-an, rata-rata 36.000 warga AS meninggal dunia akibat penyakit yang berkaitan dengan influenza. (war/ttg)
sumber
ternyata berawal di US
Virus Flu Babi di Meksiko
MEKSIKO - Kepanikan melanda Meksiko kemarin. Virus flu babi yang merupakan percampuran virus flu babi, burung, dan manusia hingga tadi malam WIB (25/5) telah mengakibatkan 70 orang tewas di negeri sombrero tersebut. Padahal, baru tiga hari lalu Presiden Felipe Calderon mengumumkan kemunculannya.
Dikhawatirkan, penyakit mematikan itu akan meluas ke negeri tetangga Meksiko, Amerika Serikat. Seperti dilansir Associated Press, di luar korban meninggal, total 1.004 orang telah tertulari dan delapan di antaranya terdapat di Amerika Serikat.
Bahkan, laporan terakhir menyebutkan, ada lebih dari 75 siswa sekolah di New York yang menderita gejala flu itu.
Hal itulah yang memaksa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bergerak cepat. Daily Telegraph menulis, kemarin Ketua WHO Margareth Chan mempersingkat kunjungan di Washington dan segera kembali ke markas besar organisasinya di Jenewa, Swiss. Chan melakukan koordinasi dengan jajarannya untuk mengambil langkah-langkah antisipasi.
Pemerintah Meksiko sudah pasti bergerak lebih dahulu. Sejak Jumat lalu (24/4), pemerintah mengumumkan bagi siapa pun yang merasa sakit dianjurkan untuk tidak pergi ke mana pun. Warga yang sehat diminta menjauhi tempat publik, menghindari siapa pun yang terlihat sakit, dan memakai masker ke mana pun ketika pergi. Pemerintah mengerahkan tentara untuk membagi-bagikan masker di jalanan kota-kota besar negeri itu.
Warga diminta tidak berjabat tangan dan mencium pipi serta tidak berbagi makanan dan alat makan. Bahkan, tempat-tempat umum, seperti sekolah dan museum, ditutup. Pertandingan sepak bola pun digelar tanpa penonton.
Ilmuwan sejak setahun lalu telah memperhatikan dan memperingatkan bahwa flu pembunuh itu bisa berevolusi. Yaitu, ketika virus menginfeksi babi, manusia, atau burung bercampur. Virus tersebut bisa menyebar secara cepat karena manusia tidak memiliki pertahanan alami untuk melawannya. Gejala penyakit itu adalah demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Bahkan, beberapa pasien di AS disertai muntah dan diare. Korban rata-rata berusia 25 hingga 45 tahun.
''Virus itu bermutasi dari babi dan kemudian dikirim ke manusia,'' kata Menteri Kesehatan Meksiko Jose Angel Cordova, seperti dikutip Daily Mail.
Pusat Pencegahan dan Pengontrolan Penyakit AS (CDC) menjelaskan bahwa virus tersebut adalah virus influenza A yang berkode H1N1 berisi tipe DNA burung, babi, dan manusia. Termasuk di dalamnya virus babi dari Eropa dan Asia. Mereka memang belum pernah menemui virus seperti itu sebelumnya.
WHO menugaskan ahli CDC dan petugas kesehatan Kanada untuk mempelajari contoh yang dikirim dari Meksiko dan beberapa negara di sekitar Amerika Latin. Mereka memonitor setiap pengunjung yang datang dengan pesawat asal Meksiko. Markas PBB WHO juga berhubungan setiap hari dengan AS, Kanada, dan Meksiko.
CDC menginformasikan bahwa dua obat flu, yaitu Tamiflu dan Relenza, untuk sementara bisa digunakan. Keduanya harus segera diminum supaya hasilnya lebih efektif. Dua pabrik penghasil obat tersebut menyatakan siap berproduksi dalam jumlah besar. Menurut pengakuan Cordova, Meksiko memiliki jumlah Tamiflu yang cukup untuk satu juta penduduknya. (war/ttg)
sumber